
Kerusakan jalan yang akhir-akhir ini mendapat perhatian dari masyarakat terjadi karena berbagai faktor, antara lain yang bersifat internal dan eksternal. Salah satu contoh faktor internal adalah masalah pemeliharaan yang belum tepat dan kualitas pekerjaan yang kurang baik, sedangkan yang termasuk faktor eksternal antara lain masalah cuaca.
Jalan rusak juga bisa disebabkan karena masalah lingkungan parsial yaitu lingkungan disekitar jalan. Mungkin yang tadinya persawahan kemudian dibuat perumahan.Llingkungan seperti ini yang menyebabkan air turun ke jalan dan jalan menjadi rusak, kata Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Purnomo saat ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (5/4).
Menurut Purnomo, saat ini penanganan kondisi jalan masih bersifat reaktif, artinya jika jalan dalam kondisi berlubang atau rusak, baru dilaksanakan perbaikan. Tetapi ke depannya, penanganan jalan harus dilakukan secara preventif, yaitu sebelum terjadi retak, jalan sudah harus diperbaiki. Untuk pemeliharaan tersebut, diperlukan berbagai sumber daya, antara lain sumber daya manusia (SDM) dan peralatan. SDM penilik jalan misalnya, berfungsi untuk melihat kondisi jalan setiap harinya.
Ditanya mengenai masalah kendaraan dengan beban berlebih yang melintasi jalan, Purnomo mengatakan penyelesaian masalah tersebut membutuhkan dukungan dari Kementerian Perindustrian. Penanganan dapat dilakukan dengan sistem multi exel, agar ada kesesuaian antara beban dengan kondisi jalan, guna menjaga agar jalan tetap dalam kondisi baik. Ke depannya, diharapkan dapat dikembangkan teknologi yang lebih friendly dengan air, misalnya menggunakan aspal anti pengelupasan dan lain-lain, tutup Purnomo. (ange-infokom bina marga)